livebola – Judi dan pinjaman online sudah menjadi paket 1 lengkap yang siap menghancurkan hidupmu. Gara-gara judi, hidup Gatot (nama samaran) warga Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Jawa Tengah menjadi berantakan. Tak hanya secara ekonomi, tapi juga rumah tangganya sempat terancam bubar. Pria beranak dua ini kecanduan judi online hingga hartanya tak tersisa. Pekerjaannya pun hilang, kemudian dia menjadi driver ojek online dan saat ini mulai menata hidup dengan menjadi sopir. Gatot mengatakan awalnya dia bermain judi online hanya iseng. “Awalnya itu tahun 2021-an, main hanya kadang-kadang, iseng ngisi waktu, main QiuQiu dan Poker,” ucapnya, Jumat (13/10/2023) saat ditemui. “Biasa main setelah terima uang gaji, depo Rp 200.000, kalau kalah ya istirahat, tidak main. Tapi kalau ada uang, main lagi, hanya sporadis,” kata Gatot. Kemudian saat 2022 heboh game slot, dia semakin rutin bermain. Game pertama yang dimainkannya karena suka, Gates of Olympus. “Tertarik karena banyak teman yang main terus dapat cuan. Kepingin ikut dapat cuan juga dong,” kata Gatot sembari tertawa. “Iming-imingnya, kalau maxwin 5.000 x Bet, jadi Bet Rp 1.000 kalau menang bisa mendapat Rp 5 juta. Menggiurkan, karena hitungannya banyak,” kata Gatot. Dia menjelaskan cara mainnya. Awal depo antara Rp 25.000 hingga Rp 100.000, taruhan Rp 200 hingga Rp 400. “Selanjutnya tinggal memencet tombol aplikasi atau kadang beli scatter yang pengkalinya banyak,” terangnya.
Baca juga : Menkominfo Tutup 400 Situs Judi Online, Perputaran Uang Judi Online Diprediksi Rp 350 T
Scatter itu, kata Gatot, harganya 100 kali taruhan dan dapatnya 15 kali putaran. “Ada pengkali yang dua kali sampai 500 kali, beda game beda scatter lagi,” papar Gatot. Seiring berjalan waktu, dia yang awalnya menghabiskan uang antara Rp 50.000 hingga Rp 100.000 untuk judi, mulai tak terkontrol.
“Meningkat, jadi minimal Rp 500.000 sampai Rp 1 juta, itu per hari” kata dia.
Di sinilah awal kehancuran karena pengeluarannya semakin banyak. Dia mulai terjerat utang. “Pinjam uang ke teman hingga ke pinjaman online saya lakukan, hampir semua aplikasi judi online saya ajukan pinjaman,” ujar Gatot. Tak hanya itu, dia pun mulai menjual barang-barang di rumah. “Motor, televisi, ponsel, pokoknya yang bisa laku ya dijual. Janji bayar utang selalu meleset, karena tidak ada uang. Rencana mengumpulkan uang untuk tabungan kuliah, juga habis,” terangnya.
Istrinya pun mulai sering marah-marah karena tidak mendapat uang jatah belanja. “Istilahnya sudah habis-habisan, bahkan untuk beli rokok tidak mampu. Sekarang belinya rokok yang murah, yang merknya aneh-aneh itu,” kata Gatot. Dia mulai tersadar karena merasa hidupnya mulai tak nyaman. “Banyak yang menagih utang, rumah juga isinya uring-uringan. Mulai Juli tahun ini, saya tak lagi mau bermain, mau fokus memerbaiki hidup,” tegasnya. “Kalau waktu kosong, dulu selalu main judi online. Sekarang mending untuk bekerja serius, kembali menata keuangan dan kondisi rumah, itu lebih penting,” ungkapnya. Menurut Gatot, bermain judi online tak ada menangnya. “Memang bisa mendapat uang, tapi pasti balik ke situ lagi, dan akhirnya kalah. Kalahnya juga pasti lebih banyak daripada menangnya, jadi tetap saja rugi,” terangnya. Dia pun mengajak para pemain judi online untuk berhenti dan fokus untuk hal yang lebih baik. “Kalau yang masih sekolah atau kuliah, belajar yang baik. Sementara yang kerja, uangnya digunakan untuk yang bermanfaat, untuk keluarga,” kata Gatot. Terpisah, Kasi Humas Polres Salatiga Iptu Henri Widyoriani mengatakan sampai saat ini belum ada laporan terkait kasus judi online. “Kalau ada laporan, kami dari kepolisian siap menindaklanjuti,” jelasnya. Henri mengimbau masyarakat untuk menjauhi segala bentuk perjudian, baik yang online maupun judi konvensional. “Jauhi segala akses yang berkaitan dengan judi online, pakai internet dengan bijak dan positif,” terangnya. “Perbanyak waktu untuk kegiatan yang bermanfaat, pahami risiko judi, baik online maupun konvensional, ingat ancaman pidana menanti,” tegas Henri.